HUBUNGI KAMI (0751)37135

Sumbar Salah Satu Provinsi Pertama yang Susun Nesparda untuk Pembangunan Pariwisata Berbasis Data {Dikutip dari postingan Instagram https://www.instagram.com/p/CUMoc_RJsPC/ [Akun Resmi Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat]}.

Jumat (24/9/21), Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat (Dispar Sumbar) mengadakan Focus Grup Discussion (FGD) hasil survei Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) Sumatera Barat di Hotel Hayam Wuruk, Padang. FGD yang mengundang para Kepala Dinas Kabupaten dan Kota se-Sumatera Barat beserta staf yang bertanggung jawab dalam pengelolaan data, Asosiasi Kepariwisataan dan Perguruan Tinggi yang mempunyai Jurusan Pariwisata, dibuka secara langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat, Novrial.

Pada sambutannya, Novrial menyampaikan harapannya agar Sumatera Barat mempunyai baseline data yang bisa dipertanggungjawabkan untuk dasar perencanaan, pengembangan dan pembangunan pariwisata. “Melalui Nesparda, kami juga ingin mengetahui secara riil kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Sumatera Barat”, terang Novrial.

Bapak Heru Aulia Azman, PhD (nomor 2 dari kiri atas)

Tim Penyusun Nesparda Sumatera Barat melibatkan akademisi dari Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) IPB, Universitas Andalas, Universitas Dharma Andalas yaitu Bapak Heru Aulia Azman, PhD dan STKIP PGRI.

Pada pemaparanya, Ketua LPPM IPB, Dr. Ernan Rustiadi, menyampaikan kekaguman dan apresiasinya atas inisiatif Dispar Sumbaru untuk menyusun Nesparda.

“Setelah kami telusuri, Sumatera Barat termasuk salah satu Provinsi pertama di Indonesia yang menyusun Nesparda. Di Sumatera, Sumatera Barat yang pertama”, Ujar Ernan. Lebih lanjut Ernan yang merupakan Ahli Perencanaan Wilayah menerangkan jumlah wisatawan yang berkunjung, lama tinggal dan besarnya uang yang dibelanjakan selama berada di Sumatera Barat sangat menentukan kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Sumatera Barat.

“Dari hasil survei yang telah dilakukan didapatkan, motif utama Wisatawan Nusantara ke Sumbar adalah kuliner. Sedangkan untuk Wisatawan Mancanegara adalah budaya. Dari dua motif utama itulah yang harus diambil dukungan kebijakan oleh Pemprov Sumbar Cq. Dinas Pariwisata untuk meningkatkan kontribusi ekomomi sektor pariwisata,” Ernan menyarankan.

Salah satu anggota Tim Penyusun Nesparda Adi Hadianto yang menyampaikan hasil survei Nesparda secara agregat aktivitas pariwisata di Sumatera Barat memberikan kontribusi sekitar 5,9% terhadap nilai tambah bruto dan 6,1% terhadap nilai output yang ada di Sumatera Barat pada tahun 2019. “Secara sektoral, nilai output dari aktifitas pariwisata paling banyak terjadi di sektor penyediaan makanan dan minuman yang secara statistik jumlahnya mencapai sekitar 38,6% dari total nilai output yang dihasilkan oleh aktifitas pariwisata,” tutur Adi.

Seterusnya anggota Tim Penyusun Nesparda Sumbar lainnya Dr. Sari Lenggogeni yang juga Direktur Tourism Development Centre (TDC) Universitas Andalas menjelaskan bahwa selain dari sektor ekonomi, dampak dari pariwisata akan mempengaruhi sektor lainnya seperti transportasi, pertanian dan perdagangan. Maka untuk mengetahui dan mempelajari dampak ini diperlukan suatu kajian atau alat analisis berupa table Input-Output (I-O) yang disusun menjadi Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nesparda) untuk pembangunan kepariwisataan yang berkesinambungan dan berkelanjutan. “Nesparda disusun sebagai alat untuk mengukur kontribusi pariwisata dalam perekonomian Sumatera Barat,” pungkasnya.